Jakarta, Metro24 – Unjuk rasa selompok orang di depan gedung DPR, Jakarta, Senin (25/08), berlangsung ricuh setelah aparat polisi kewalahanmenghadang, para pendemo mempertanyakan gaji dan tunjangan anggota DPR yang melebihi Rp100 juta, Senin pukul 12.45 WIB.
Polisi menghalau pengunjuk rasa dengan menembakkan gas air mata dan semprotan air ke arah demonstran.
Sampai sekitar pukul 13.30 WIB, polisi terus berusaha menghalau massa agar menjauhi gedung DPR.
Kelompok demonstran berusaha bertahan dan melawan dengan melempar botol air plastik.
Selain menggelar unjuk rasa di depan gedung DPR, sekitar pukul 14.00 WIB, semakin tidak terbendung, hingga muncul pengunjuk rasa yang mendatangi dari sisi pintu belakang DPR.
Massa sempat melemparkan batu ke arah kantor satuan pengamanan. Ada pula aksi pembakaran sepeda motor.
Kemudian tidak lama, polisi berusaha membubarkan massa tersebut. Gas air mata di tembakkan ke arah pendemo.
Sampai sekitar pukul 15.00 WIB, polisi terus menghalau pengunjukrasa hingga di dekat Stasiun Palmerah, Jakpus.
Laporan-laporan media menyebutkan aksi ini di gelar oleh sebuah kelompok yang menyebut dirinya sebagai Gerakan Mahasiswa bersama Rakyat.
Para pendemo mempertanyakan gaji dan tunjangan anggota DPR yang melebihi Rp100 juta.
Danar, mahasiswa di salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta, datang sebagai “warga negara Indonesia,” ujarnya kepada wartawan, Faisal Irfani, Senin (25/08), di lokasi unjuk rasa.
“Makanya saya sengaja tidak membawa embel-embel kampus. Saya di sini adalah masyarakat Indonesia,” tegasnya.
Danar memandang Indonesia sedang “jatuh” dengan sederet kebijakan pemerintah yang “merugikan banyak orang,” tukasnya.
“Apakah kita bisa menerima di saat masyarakat kena PHK, gaji anggota DPR justru puluhan sampai ratusan juta?” dia menjelaskan.
Selain mahasiswa, unjuk rasa ini di laporkan diikuti pula sejumlah anggota masyarakat.
Alfin, pengemudi ojek daring, datang dari Cijantung, Jakarta Selatan, bersama tiga rekannya, menuntut DPR di bubarkan.
Pasalnya, “kebijakan yang dibuat tidak mendukung rakyat,” Alfin mengungkapkan.
“Kami susah cari uang, tapi DPR gajinya besar sekali,” kata pria berusia 30 tahun dari lokasi unjuk rasa.
Alfin mengetahui informasi demo dari media sosial.
Massa demonstrasi meneriaki polisi yang berjaga. Polisi memakai atribut lengkap, termasuk senjata.
“Kalian digaji pakai uang kami!” teriak pendemo.
“Jangan pakai gas air mata! Kasihan rakyat. Kami enggak anarkis!” susul pendemo lainnya.
Rahmini, buruh pabrik berusia 46 tahun, sengaja membolos pekerjaan untuk mengikuti demonstrasi di depan Gedung DPR/MPR RI, Senin (25/08).
“Saya tahu soal masyarakat Pati. Mereka mendemo pemerintah karena pajak. Saya, hari ini, ingin melakukan hal yang sama,” tandasnya.
Menurutnya, kebijakan pemerintah sering kali bikin masyarakat susah.
Dia mencontohkan PHK yang dialami buruh-buruh di sekitar tempatnya bekerja di Cikarang, Jawa Barat.
“Begitu saya tahu anggota DPR dapat gaji dan tunjangan macam-macam, saya marah,” ucapnya.
Rahmini mendesak DPR di bubarkan sebab tidak mencerminkan “kepentingan rakyat.”
Unjuk rasa di depan gedung DPR sudah disuarakan oleh warganet sejak pekan lalu.
Suara-suara ini muncul ke permukaan setelah muncul pemberitaan seputar gaji dan tunjangan anggota DPR yang dilaporkan lebih Rp100 juta per bulan.
Terungkapnya nilai gaji dan tunjangan anggota DPR ini memicu kemarahan di media sosial dalam situasi seperti itulah muncul tuntutan pembubaran DPR.


















