Ekonomi Indonesia Terancam Krisis Jika Kuartal Kedua Turun Lagi, Janji Kampanye Prabowo di Ujung Tanduk

Metro24, Jakarta – Indonesia tengah berada di ambang krisis ekonomi,  Setelah pertumbuhan ekonomi anjlok ke angka 4,87 persen pada kuartal I-2025, berbagai proyeksi menyebutkan bahwa kuartal II akan kembali mencatatkan penurunan menjadi hanya 4,8 persen, Minggu 8/6/25.

Jika tren ini benar terjadi, maka Indonesia resmi masuk ke dalam zona resesi teknikal, sebuah situasi yang mencerminkan kondisi ekonomi memburuk dalam dua kuartal berturut-turut.

Menurut survei Bloomberg terhadap 31 ekonom, perlambatan ini bukan sekadar kebetulan musiman.

Angka proyeksi pertumbuhan 4,8 persen year-on-year (yoy) pada kuartal II menjadi pertanda bahwa mesin ekonomi nasional melemah secara struktural.

Baca Juga :  Daftar Trading Legal Rekomendasi OJK, Berikut Cara Kerja dan Mengetahuinya :

Jika hal ini dikonfirmasi dalam laporan resmi, maka tugas tim ekonomi Kabinet Merah Putih di bawah Presiden Prabowo Subianto akan menjadi jauh lebih berat.

Target Melenceng, Janji Kampanye di Ujung Tanduk

Presiden Prabowo menargetkan pertumbuhan ekonomi hingga 8 persen, melampaui capaian era Presiden Jokowi yang konsisten di kisaran 5 persen.

Namun, dengan capaian kuartal I dan proyeksi kuartal II yang stagnan bahkan turun, ambisi tersebut tampak semakin menjauh dari kenyataan.

Ini bukan cara seharusnya bekerja. Prabowo telah berbicara tentang menggunakan anggaran pemerintah untuk meningkatkan kinerja negara, bukan menguranginya,” ujar analis Bloomberg, Daniel Moss pada 29 Mei 2025.

Baca Juga :  Jaksa Agung Dan Menteri BUMN Sampaikan Perkembangan Perkara Dugaan Korupsi Dana Pensiundi Kementerian BUMN

Alih-alih ekspansi, pengeluaran pemerintah menurun tajam, investasi stagnan, dan konsumsi rumah tangga melemah.

Bahkan, produk domestik bruto (PDB) Indonesia sempat mengalami kontraksi 0,98 persen dibandingkan kuartal sebelumnya.

Pukulan Ganda: Tarif Trump dan Konsumsi Lesu

Tak hanya tekanan dari dalam negeri, kebijakan dagang Presiden AS Donald Trump turut menambah beban, Tarif resiprokal sebesar 32 persen terhadap barang dari Indonesia menjadi salah satu yang tertinggi di Asia Tenggara.

Baca Juga :  Kapolres Dairi Gelar Bakti Sosial Cooling System Pemilukada Damai, Aman dan Kondusip

Walaupun sempat dipangkas menjadi 10 persen untuk membuka ruang kesepakatan, dampaknya telah terasa signifikan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *